Laman

42.


Sepeninggal Kāśyapa Mātaṅga, pengasuhan komunitas anāgārika perdana itu berada langsung di bawah pimpinan Gobharaṇa. Jika selama ini ia memiliki sahabat untuk berdiskusi, maka kini Gobharaṇa mengajar ke mana-mana seorang diri. Di samping mengajar, kegiatannya yang terutama adalah berusaha menerjemahkan tulisan-tulisan Dharma ke bahasa Tionghoa. Selain Szŭ-shih-êrh chang ching yang diterjemahkannya bersama Kāśyapa Mātaṅga, selama ini ia memang telah membuat terjemahan sendiri untuk teks-teks berikut:

  1. Fo pên-hsing ching 《佛本行經》, 5 jilid — sebuah riwayat hidup Buddha (Buddhacarita).
  2. Sūtra tentang Pemotongan Belenggu dalam Sepuluh Bhūmi 《十地斷結經》, 4 jilid — terjemahan lama dari Shih-chu ch’u-kou tuan-chieh ching 《十住除垢斷結經》 (T. № 309) oleh Chu Fo-nien.
  3. Dharmasamudragarbha Sūtra 《法海藏經》, 3 jilid.
  4. Sebuah kumpulan jātaka 《佛本生經》, 2 jilid.
  5. Perbedan-perbedaan dalam 260 śīla 《二百六十戒合異》, 2 jilid — tampaknya sebuah penjelasan atas Prātimokṣa Sūtra kaum Sarvāstivādin.

Sayangnya semua terjemahan di atas telah punah, kecuali Szŭ-shih-êrh chang ching (dalam bentuk yang telah direvisi tentu saja). Penyebabnya bermacam-macam antara lain karena peperangan, pergantian dinasti, dan perpindahan ibukota di Tiongkok. Di samping itu, sebagai terjemahan awal, gaya bahasanya pasti arkais dan segera ditinggalkan oleh umat Buddhis Tiongkok begitu tersedia terjemahan baru yang lebih baik.