Laman

13.


Sementara itu ...




Di India, dua orang arhat yang bersahabat, Kāśyapa Mātaṅga dan Gobharaṇa, mengamati melalui mata kebijaksanaan bahwa akar kebaikan makhluk-makhluk di Cina telah masak. Kesempatan akan terbuka bagi banyak makhluk untuk meraih Pembebasan apabila mereka berdua pergi membabarkan Dharma ke sana.

Di samping itu, mereka juga mengetahui bahwa Gunung Pañcaśīrṣa (Wu-t’ai shan 五台山) terletak di Cina, dan telah lama mereka bermaksud untuk berziarah ke sana. Gunung yang terkenal itu memang merupakan tempat Bodhisattva Mañjuśrī melungguh, sebagaimana disebutkan dalam Sūtra tentang Tempat Kediaman Para Bodhisattva 〈菩薩住處品〉 yang merupakan kitab ke-27 dalam Avataṃsaka LX (T. vol. 9, № 278 hlm. 590a):

東北方有菩薩住處,名清涼山。過去諸菩薩常於中住。彼現有菩薩,名文殊師利,有一萬菩薩眷屬,常為說法。
Di timur laut terdapatlah tempat kediaman (pīṭha) bodhisattva yang disebut Gunung Jernih dan Sejuk. Para bodhisattva di masa lampau kerap bersemayam di tengahnya. Dan di sana kini adalah seorang Bodhisattva bernama Manjuśrī, yang memiliki 10.000 bodhisattva sebagai pengikut, senantiasa membabarkan Dharma.

Mengetahui bahwa waktunya hampir tiba, maka mereka berpindah ke India Barat, ke Baktria (Tokharistan), menantikan matangnya karma yang akan menjodohkan mereka ke negeri Cina.