Laman

14.


Maka pada tahun ke-7 era Yung-p’ing 永平 (64 M), setelah segala persiapan selesai, Kaisar Han Ming-ti pun mengutus sebuah rombongan yang terdiri atas 18 orang (atau 14 orang, atau 12 orang menurut sumber-sumber berbeda) untuk mencari Buddhadharma ke Barat. Di antara mereka terdapat Priayi Ts’ai Yin 蔡愔, Kepala Sidang Istana Ch’in Ching 秦景, Sarjana Wang Tsun 王遵, dll.

Buddhisme bukanlah tidak dikenal di Kekaisaran Han pada zaman itu. Terdapat kantong-kantong komunitas Buddhis di beberapa daerah, dan sepertinya juga terdapat anggota saṅgha dari luar negeri yang berkunjung. Akan tetapi, belum ada guru yang benar-benar kompeten, yang membawakan Ajaran yang ortodoks. Penyebaran Dharma juga terbatas pada anggota komunitas-komunitas tersebut. Di samping itu, kebanyakan orang di masa itu hanya menganggap agama Buddha sebagai sebuah sekte Taoisme dan sukar dibedakan.

Ts’ai Yin dkk. menempuh perjalanan berat ke Asia Tengah. Menemukan guru yang kompeten bukanlah perkara yang mudah. Yang dicari bukan hanya orang yang luas pengetahuan Dharmanya, melainkan juga memiliki realisasi. Lagipula, dibutuhkan kesediaan mereka meninggalkan tanah airnya untuk menuju Cina — bahkan mungkin tanpa kesempatan kembali, dan wafat di daerah antah-berantah.




Dari negeri ke negeri mereka bertanya-tanya apabila terdapat guru yang seperti itu. Hingga suatu ketika, mereka mendengar tentang keberadaan seorang guru terkenal bernama Kāśyapa Mātaṅga, yang menembus makna sūtra-sūtra Kendaraan Kecil maupun Besar, dan unggul dalam kemurnian praktek. Namun, tiada yang tahu pasti di mana ia berdiam saat itu.