Jalur perdagangan dari Cina ke Asia Tengah (dan pada akhirnya berujung ke India) telah ada jauh berabad-abad Sebelum Masehi. Jalur inilah yang menjadi cikal-bakal Jalan Sutra, yang terhubung hingga Kekaisaran Romawi di abad ke-2 SM. Mitra dagang di jalur tersebut yang paling dekat dengan Cina Barat sejak zaman purba adalah orang-orang Tokhari. Bangsa Tokhari (Yüeh-chih 月支 atau 月氏) merupakan penduduk asli yang menghuni Cekungan Tarim (kini Provinsi Sinkiang 新疆, RRT). Dahulu mereka bahkan tinggal hingga di sekitar Tun-huang 燉煌 (termasuk Provinsi Kansu 甘肅 modern). Karena serangan suku-suku Hsiung-nu, mereka terdesak semakin jauh ke barat. Hingga abad ke-2 SM, mereka telah bermigrasi besar-besaran ke barat daya dan menduduki daerah Transoksiana.
Keberadaan mereka dapat terlacak berkat ekspedisi yang dipimpin Chang Ch’ien 張騫 ke Asia Tengah antara tahun 138–126 SM. Sejak kepindahan bangsa Tokhari, Cekungan Tarim dikuasai oleh Hsiung-nu dan otomatis menjadi daerah tertutup. Kaisar Han Wu-ti 漢武帝 mengirim ekspedisi tersebut dengan tujuan mengajak mereka kembali ke tanah airnya, dan berjanji akan memberikan perlindungan jika mereka membantu mengusir suku-suku Hsiung-nu.
Chang Ch’ien dan rombongannya ditawan oleh suku Hsiung-nu ketika melewati Cekungan Tarim. Setelah lolos dengan berbagai upaya, mereka berhasil menembus ke barat dan tiba di Fergana. Dari Fergana ke selatan, sampailah mereka di Transoksiana dan menemukan bangsa Tokhari yang telah menetap di sana. Bangsa Tokhari tidak mau kembali ke tanah airnya, namun mereka membuka hubungan diplomatik dan berjanji akan menjaga jalinan persahabatan dengan Kekaisaran Han.
Tokhari merupakan salah satu bangsa Asia Tengah yang paling awal memeluk Buddhisme. Perpindahan ke agama Buddha semakin besar setelah mereka menduduki Baktria di selatan, tidak lama setelah kepulangan Chang Ch’ien. Kekuasaan bangsa Yunani di Baktria saat itu sudah semakin lemah, dan bangsa Tokhari berhasil mendirikan kerajaan baru di sana pada akhir abad ke-2 SM. Baktria, yang terletak di utara Afghanistan modern, akhirnya dikenal juga sebagai Tokharistan (Skt. Tukhāra).
Bangsa Tokhari menjadi pendukung Buddhisme yang gigih. Mereka berhasil bergerak terus ke selatan, menguasai India Utara pada abad pertama Masehi, dan mendirikan Kerajaan Kuṣāṇa. Raja terkenal Dinasti Kuṣāṇa, Kaniṣka, merupakan sponsor utama dari Konsili Buddhis keempat.
Keberadaan mereka dapat terlacak berkat ekspedisi yang dipimpin Chang Ch’ien 張騫 ke Asia Tengah antara tahun 138–126 SM. Sejak kepindahan bangsa Tokhari, Cekungan Tarim dikuasai oleh Hsiung-nu dan otomatis menjadi daerah tertutup. Kaisar Han Wu-ti 漢武帝 mengirim ekspedisi tersebut dengan tujuan mengajak mereka kembali ke tanah airnya, dan berjanji akan memberikan perlindungan jika mereka membantu mengusir suku-suku Hsiung-nu.
Chang Ch’ien dan rombongannya ditawan oleh suku Hsiung-nu ketika melewati Cekungan Tarim. Setelah lolos dengan berbagai upaya, mereka berhasil menembus ke barat dan tiba di Fergana. Dari Fergana ke selatan, sampailah mereka di Transoksiana dan menemukan bangsa Tokhari yang telah menetap di sana. Bangsa Tokhari tidak mau kembali ke tanah airnya, namun mereka membuka hubungan diplomatik dan berjanji akan menjaga jalinan persahabatan dengan Kekaisaran Han.
Tokhari merupakan salah satu bangsa Asia Tengah yang paling awal memeluk Buddhisme. Perpindahan ke agama Buddha semakin besar setelah mereka menduduki Baktria di selatan, tidak lama setelah kepulangan Chang Ch’ien. Kekuasaan bangsa Yunani di Baktria saat itu sudah semakin lemah, dan bangsa Tokhari berhasil mendirikan kerajaan baru di sana pada akhir abad ke-2 SM. Baktria, yang terletak di utara Afghanistan modern, akhirnya dikenal juga sebagai Tokharistan (Skt. Tukhāra).
Bangsa Tokhari menjadi pendukung Buddhisme yang gigih. Mereka berhasil bergerak terus ke selatan, menguasai India Utara pada abad pertama Masehi, dan mendirikan Kerajaan Kuṣāṇa. Raja terkenal Dinasti Kuṣāṇa, Kaniṣka, merupakan sponsor utama dari Konsili Buddhis keempat.