Sekarang mari kita mengenal lebih dekat tokoh utama dalam kisah ini.
Kāśyapa Mātaṅga 迦攝摩騰 adalah seorang bhikṣu dari India Tengah (Madhyadeśa) yang berkepribadian luhur. Ia berkasta brāhmaṇa, dari gotra Kāśyapa. Ia telah menembus makna sūtra-sūtra Kendaraan Kecil maupun Besar dan berkelana ke banyak negeri. Menyebarkan Ajaran dijadikannya sebagai tanggungjawabnya.
Suatu ketika ia pergi menuju ke sebuah kerajaan kecil yang berbatasan dengan India dan hendak menceramahkan Suvarṇa-prabhāsa Sūtra 《金光明經》. Saat itu musuh dari negeri tetangga sedang menyerbu kerajaan tersebut. Kāśyapa berpikir: “Suvarṇa-prabhāsa Sūtra menyebutkan bahwa di mana pun sūtra ini dibabarkan, maka tempat itu akan dilindungi dewi bumi dan diliputi kebahagiaan. Namun, kini pertempuran telah dimulai; masihkah ada gunanya aku menceramahkannya?” Walau demikian, ia tetap berceramah di tengah-tengah suasana perang.
Setiap kali musuh akan memulai serangan, selalu saja ada kejadian tertentu yang membuat mereka batal. Kejadian yang berulang-ulang membuat mereka heran, dan mereka mengira kerajaan itu pasti memiliki suatu ilmu. Akhirnya mereka mengirimkan mata-mata untuk mencari tahu. Mata-mata itu melaporkan bahwa raja, para menteri, dan rakyat kerajaan tersebut sedang mendengarkan ceramah Suvarṇa-prabhāsa Sūtra dari Kāśyapa Mātaṅga.
Maka takjublah pemimpin negeri musuh itu. Ia pun mengajukan kesepakatan damai dengan kerajaan kecil tersebut. Kāśyapa Mātaṅga berhasil mendamaikan kedua belah pihak, dan sejak saat itulah namanya menjadi termasyhur. Demikian di kerajaan kecil itu ia berdiam dan dijumpai oleh utusan Kekaisaran Han di kemudian hari.
Kāśyapa Mātaṅga 迦攝摩騰 adalah seorang bhikṣu dari India Tengah (Madhyadeśa) yang berkepribadian luhur. Ia berkasta brāhmaṇa, dari gotra Kāśyapa. Ia telah menembus makna sūtra-sūtra Kendaraan Kecil maupun Besar dan berkelana ke banyak negeri. Menyebarkan Ajaran dijadikannya sebagai tanggungjawabnya.
Suatu ketika ia pergi menuju ke sebuah kerajaan kecil yang berbatasan dengan India dan hendak menceramahkan Suvarṇa-prabhāsa Sūtra 《金光明經》. Saat itu musuh dari negeri tetangga sedang menyerbu kerajaan tersebut. Kāśyapa berpikir: “Suvarṇa-prabhāsa Sūtra menyebutkan bahwa di mana pun sūtra ini dibabarkan, maka tempat itu akan dilindungi dewi bumi dan diliputi kebahagiaan. Namun, kini pertempuran telah dimulai; masihkah ada gunanya aku menceramahkannya?” Walau demikian, ia tetap berceramah di tengah-tengah suasana perang.
Setiap kali musuh akan memulai serangan, selalu saja ada kejadian tertentu yang membuat mereka batal. Kejadian yang berulang-ulang membuat mereka heran, dan mereka mengira kerajaan itu pasti memiliki suatu ilmu. Akhirnya mereka mengirimkan mata-mata untuk mencari tahu. Mata-mata itu melaporkan bahwa raja, para menteri, dan rakyat kerajaan tersebut sedang mendengarkan ceramah Suvarṇa-prabhāsa Sūtra dari Kāśyapa Mātaṅga.
Maka takjublah pemimpin negeri musuh itu. Ia pun mengajukan kesepakatan damai dengan kerajaan kecil tersebut. Kāśyapa Mātaṅga berhasil mendamaikan kedua belah pihak, dan sejak saat itulah namanya menjadi termasyhur. Demikian di kerajaan kecil itu ia berdiam dan dijumpai oleh utusan Kekaisaran Han di kemudian hari.