Di hari yang telah ditentukan, maka berkumpullah para padri Tao di selatan Vihāra Kuda Putih. Mereka mendirikan panggung altar di sisi timur dengan 24 pintu. Di atasnya terdapat tiga meja bertingkat: di meja paling barat ditempatkan kitab-kitab suci berbagai deitas Taoisme; meja tengah ditempati kitab-kitab filsafat dari 27 aliran pemikiran; sedangkan meja timur yang terbawah merupakan tempat meletakkan aneka makanan sebagai sesajian bagi para dewa.
Penempatan tersebut diatur sesuai kanon kitab suci Taoisme yang terdapat pada zaman Han. Ketika itu kanon mereka terbagi atas 37 divisi dalam 744 jilid (secara harfiah: chüan 卷 ‘gulungan’). Di antaranya 509 jilid merupakan kitab-kitab yang “diwahyukan” oleh berbagai deitas seperti: teks-teks sejati Mustika Ilahi (Ling-pao chên-wên 靈寶真文), instruksi kumala dari Yang Mahatinggi (T’ai-shang yü-chüeh 太上玉訣), rekaman jimat-jimat Tiga Asali (San-yüan fu-lu 三元符錄), dll. Sedangkan 235 sisanya adalah tulisan-tulisan dari berbagai filsuf seperti Mao Ch’êng-tzŭ 茅成子, Hsü Ch’êng-tzŭ 許成子, Huang-tzŭ 黄子, Lao-tzŭ 老子, Lieh-tzŭ 列子, Hui-tzŭ 惠子, dll.
Sementara itu, di sisi barat Kaisar Han Ming-ti mendirikan maṇḍapa berbentuk istana-istanaan yang berhias tujuh permata guna menempatkan keropak kitab-kitab suci, lukisan Buddha Udayana, serta relik yang dibawa oleh Kāśyapa Mātaṅga dan Gobharaṇa.
Penempatan tersebut diatur sesuai kanon kitab suci Taoisme yang terdapat pada zaman Han. Ketika itu kanon mereka terbagi atas 37 divisi dalam 744 jilid (secara harfiah: chüan 卷 ‘gulungan’). Di antaranya 509 jilid merupakan kitab-kitab yang “diwahyukan” oleh berbagai deitas seperti: teks-teks sejati Mustika Ilahi (Ling-pao chên-wên 靈寶真文), instruksi kumala dari Yang Mahatinggi (T’ai-shang yü-chüeh 太上玉訣), rekaman jimat-jimat Tiga Asali (San-yüan fu-lu 三元符錄), dll. Sedangkan 235 sisanya adalah tulisan-tulisan dari berbagai filsuf seperti Mao Ch’êng-tzŭ 茅成子, Hsü Ch’êng-tzŭ 許成子, Huang-tzŭ 黄子, Lao-tzŭ 老子, Lieh-tzŭ 列子, Hui-tzŭ 惠子, dll.
Sementara itu, di sisi barat Kaisar Han Ming-ti mendirikan maṇḍapa berbentuk istana-istanaan yang berhias tujuh permata guna menempatkan keropak kitab-kitab suci, lukisan Buddha Udayana, serta relik yang dibawa oleh Kāśyapa Mātaṅga dan Gobharaṇa.