Kolam K’un-ming 昆明池 yang terletak di barat daya ibukota Han lama, Ch’ang-an 長安, merupakan waduk buatan manusia yang tertua yang masih ada di Cina hingga sekarang. Kolam seluas lebih dari 10 km² yang dibangun oleh Kaisar Han Wu-ti 漢武帝 pada tahun ke-3 era Yüan-shou 元狩 (124 SM) ini semula digunakan untuk keperluan militer berlatih perang di air. Akan tetapi, belakangan saluran air masuk dan saluran air keluar digali sehingga kolam terhubung dengan sistem kanal ibukota, dan fungsinya beralih untuk menampung cadangan air.
Sewaktu pembangunannya, dari dalam tanah yang digali di dasar, ditemukan lapisan abu hitam yang tebal. Kaisar Han Wu-ti menanyakan apakah itu kepada Tung-fang Shuo 東方朔, pelawak istana yang eksentrik.
Tung-fang Shuo menjawab: “Hamba juga tidak tahu. Tetapi, nanti akan ada orang asing dari Barat yang datang. Cobalah tanyakan kepadanya.”
Setelah kedatangannya, orang-orang mendesak Gobharaṇa tentang anekdot ini. Gobharaṇa menjawab: “Itu pastilah abu sisa pembakaran dari bencana api yang terjadi pada kalpa besar (mahākalpa) yang lalu. Satu kalpa besar terdiri atas empat fase kalpa menengah: pembentukan (vivarta), kestabilan (vivartasiddha), penghancuran (saṃvarta), dan kekosongan (saṃvartasiddha). Masing-masing kalpa menengah terdiri atas 20 kalpa kecil (antarakalpa). Dalam masing-masing kalpa kecil, usia manusia setiap abad naik satu tahun: dari rata-rata 10 tahun hingga 84.000 tahun; kemudian usia rata-rata itu turun kembali setiap abad satu tahun: dari 84.000 tahun hingga 10 tahun. — Inilah lamanya satu kalpa kecil.
“Memasuki fase saṃvarta, 19 kalpa kecil berlalu. Pada kalpa kecil ke-20 terjadilah tiga bencana hebat: oleh api, air, dan angin. Ketika bencana api terjadi, kobarannya menghanguskan dunia fisik (bhajanaloka) ini dari Neraka Avici hingga setinggi Alam Rūpadhyāna Pertama. Abu di dasar Kolam K’un-ming itu pastilah sisanya.”
Mendengar penjelasan ini, orang-orang pun terkagum-kagum akan pengetahuannya. Ramalan Tung-fang Shuo terbukti tepat!
Sewaktu pembangunannya, dari dalam tanah yang digali di dasar, ditemukan lapisan abu hitam yang tebal. Kaisar Han Wu-ti menanyakan apakah itu kepada Tung-fang Shuo 東方朔, pelawak istana yang eksentrik.
Tung-fang Shuo menjawab: “Hamba juga tidak tahu. Tetapi, nanti akan ada orang asing dari Barat yang datang. Cobalah tanyakan kepadanya.”
Setelah kedatangannya, orang-orang mendesak Gobharaṇa tentang anekdot ini. Gobharaṇa menjawab: “Itu pastilah abu sisa pembakaran dari bencana api yang terjadi pada kalpa besar (mahākalpa) yang lalu. Satu kalpa besar terdiri atas empat fase kalpa menengah: pembentukan (vivarta), kestabilan (vivartasiddha), penghancuran (saṃvarta), dan kekosongan (saṃvartasiddha). Masing-masing kalpa menengah terdiri atas 20 kalpa kecil (antarakalpa). Dalam masing-masing kalpa kecil, usia manusia setiap abad naik satu tahun: dari rata-rata 10 tahun hingga 84.000 tahun; kemudian usia rata-rata itu turun kembali setiap abad satu tahun: dari 84.000 tahun hingga 10 tahun. — Inilah lamanya satu kalpa kecil.
“Memasuki fase saṃvarta, 19 kalpa kecil berlalu. Pada kalpa kecil ke-20 terjadilah tiga bencana hebat: oleh api, air, dan angin. Ketika bencana api terjadi, kobarannya menghanguskan dunia fisik (bhajanaloka) ini dari Neraka Avici hingga setinggi Alam Rūpadhyāna Pertama. Abu di dasar Kolam K’un-ming itu pastilah sisanya.”
Mendengar penjelasan ini, orang-orang pun terkagum-kagum akan pengetahuannya. Ramalan Tung-fang Shuo terbukti tepat!