Akhirnya sampailah kita ke zaman Dinasti Han Timur.
Pada tahun ke-3 era Yung-p’ing 永平 (60 M), di malam tanggal 8 Si Gwee, Kaisar Han Ming-ti 漢明帝 bermimpi melihat seorang bertubuh keemasan terbang di atas istana. Tingginya sekitar 16 kaki, dan dari belakang kepalanya terpancar cahaya yang terangnya melebihi matahari dan rembulan.
Han Ming-ti terbangun dengan perasaan amat gembira. Keesokan harinya dikumpulkannya sidang istana untuk menanyakan ta’bir mimpinya: “Dewa apakah sesungguhnya yang kulihat itu?”
Perdana Menteri Han Hsien 韓憲 menjawab: “Hamba mendengar di daerah Barat ada orang suci yang bernama Buddha. Sepertinya Ialah yang muncul dalam mimpi Paduka semalam.”
Sejarawan istana, Fu I 傅毅, seorang pewaskita, menerangkan:
Mendengar penjelasan Fu I, Kaisar Han Ming-ti bersukacita sambil memikirkan tindakan apa yang akan ia ambil selanjutnya.
—————————————————————————
*⁾ Raja Chao menyuruh agar peristiwa ini diukirkan pada lempengan batu di sisi altar tembok selatan Luoyang.
Delapan puluh tahun berikutnya, tatkala Raja Mu 穆王 yang bertakhta, pada tengah hari langit berubah menjadi gelap dan terjadi gempa bumi. Dua belas lengkungan pelangi berwarna keputihan tampak berjajar di barat mengarah ke Juring Langit T’ai-wei 太微. Fenomena ini berlanjut sepanjang malam hingga keesokan paginya. Raja Mu khawatir hal ini berpengaruh buruk bagi kerajaan meskipun ia sudah tahu peristiwa yang terjadi di masa Raja Chao — bahwa nun jauh di Barat telah lahir seorang suci. Namun, astrolog Hu Tuo 扈多 menjelaskan bahwa orang suci tersebut telah mangkat; fenomena yang terjadi saat itu hanyalah tanda kemangkatan-Nya.⤴
Pada tahun ke-3 era Yung-p’ing 永平 (60 M), di malam tanggal 8 Si Gwee, Kaisar Han Ming-ti 漢明帝 bermimpi melihat seorang bertubuh keemasan terbang di atas istana. Tingginya sekitar 16 kaki, dan dari belakang kepalanya terpancar cahaya yang terangnya melebihi matahari dan rembulan.
Han Ming-ti terbangun dengan perasaan amat gembira. Keesokan harinya dikumpulkannya sidang istana untuk menanyakan ta’bir mimpinya: “Dewa apakah sesungguhnya yang kulihat itu?”
Perdana Menteri Han Hsien 韓憲 menjawab: “Hamba mendengar di daerah Barat ada orang suci yang bernama Buddha. Sepertinya Ialah yang muncul dalam mimpi Paduka semalam.”
Sejarawan istana, Fu I 傅毅, seorang pewaskita, menerangkan:
“Dalam kitab Catatan Kejadian Aneh 《異記》 yang berasal dari zaman Dinasti Chou 周朝 tertulis bahwa pada masa pemerintahan Raja Chao 昭王 suatu subuh angin kencang berhembus menggetarkan rumah-rumah, dan sayup-sayup tercium wangi semerbak. Bintang-bintang tidak kelihatan, namun di langit terlihat cahaya ganjil berwarna biru-kemerahan memenuhi segala penjuru. Raja Chao menanyakan kepada astrolog istana, Su Yu 蘇由, pertanda apakah itu. Su Yu menjelaskan bahwa di sebelah Barat telah lahir seorang suci agung.*⁾ Hal ini tampaknya merujuk pada kelahiran Buddha.
Raja Chao selanjutnya bertanya apakah pengaruhnya bagi kerajaan. Su Yu menjawab: ‘Saat ini belum ada. Akan tetapi, seribu tahun mendatang suara Ajaran-Nya akan bergema ke seantero negeri.’ Hamba rasa sudah saatnyalah sekarang Ajaran Suci itu tersebar di negeri kita.”
Mendengar penjelasan Fu I, Kaisar Han Ming-ti bersukacita sambil memikirkan tindakan apa yang akan ia ambil selanjutnya.
—————————————————————————
*⁾ Raja Chao menyuruh agar peristiwa ini diukirkan pada lempengan batu di sisi altar tembok selatan Luoyang.
Delapan puluh tahun berikutnya, tatkala Raja Mu 穆王 yang bertakhta, pada tengah hari langit berubah menjadi gelap dan terjadi gempa bumi. Dua belas lengkungan pelangi berwarna keputihan tampak berjajar di barat mengarah ke Juring Langit T’ai-wei 太微. Fenomena ini berlanjut sepanjang malam hingga keesokan paginya. Raja Mu khawatir hal ini berpengaruh buruk bagi kerajaan meskipun ia sudah tahu peristiwa yang terjadi di masa Raja Chao — bahwa nun jauh di Barat telah lahir seorang suci. Namun, astrolog Hu Tuo 扈多 menjelaskan bahwa orang suci tersebut telah mangkat; fenomena yang terjadi saat itu hanyalah tanda kemangkatan-Nya.⤴